MANAJEMEN BENCANA
TSUNAMI
Resume
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Manajemen Bencana
yang dibina oleh Ibu Wiwin Martiningsih, S.Kep,.Ns.,M.Kep
Oleh
Tingkat 3A
1.
Maretha
Nuraistina 1201300005
2.
Rizky
Firman 1201300006
3.
Dyah
Ayu P. 1201300007
4.
Dhian
Ndaru A 1201300008
5.
Ridhayanti Amalia 1201300010
6.
Rizka Ihromatuz Z. 1201300011
7.
Sukma Puji Rahayu 1201300012
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLITAR
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MALANG
November
2014
A. PENGERTIAN TSUNAMI
Istilah
berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti
“pelabuhan”, dan name berarti
“gelombang”, sehingga tsunami dapat diartikan sebagai “gelombang pelabuhan”.
Istilah ini pertama kali muncul di kalangan nelayan Jepang. Karena panjang
gelombang tsunami sangat besar pada saat berada di tengah laut, para nelayan
tidak merasakan adanya gelombang ini. Namun setibanya kembali ke pelabuhan,
mereka mendapati wilayah di sekitar pelabuhan tersebut rusak parah. Karena
itulah mereka menyimpulkan bahwa gelombang tsunami hanya muncul di wilayah
sekitar pelabuhan, dan tidak di tengah lautan yang dalam.
Tsunami
adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung
berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami tidak terlihat saat masih
berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal,
gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin membesar. Tenaga setiap
tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Apabila
gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya
menurun. GElombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat
dirasakan efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam,
tetapi meningkat ketinggian hingga mencapai 30 meter atau lebih di daerah
pantai. Tsunami bisa menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan
pesisir pantai dan kepulauan.
B. PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI
Tsunami
dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan berskala besar terhadap air laut,
misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di bawah
laut, atau tumbukan benda langit. Namun 90% tsunami adalah akibat gempa bumi di
bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung
meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau. Tsunami dapat terjadi
apabila dasar laut bergerak secara tiba-tiba dan mengalami perpindaha vertical.
Gerakan
vertical pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik turun secara
tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya.
Hal ini mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan
gelombang Tsunami tergantung pada kedalaman laut dimana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Apabila Tsunami
mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya
sangat merusak daerah pantai yang di laluinya. Di tengah laut tinggi gelombang
tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai
tinggi geombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa
air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis
pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta
runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat
menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi.
Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air
laut yang berada di atasnyaa terganggu.
Denikian
pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran
meteor atau longsor ini cukup besar, dapat menjadi megatsunami yang tingginya
mencapai ratusan meter.
Beberapa
penyebab terjadinya tsunami akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Longsoran Lempeng Bawah Laut
Gerakan
yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng
tektonik. Celah retakan antar kedua lempeng tektonik ini disebut dengan sesar (fault). Sebagai contoh, di sekeliling
tepian Samudera Pasifik yang diasanya disebut dengan Lingkaran Api (Ring of Fire), lempeng samudera yang
lebih padat menunjam masuk ke bawah lempeng benua. Proses ini dinamakan dengan
penunjaman (subduction). Gempa
subduksi sangat efektif membangkitkan gelombang tsunami.
b. Gempa Bumi Bawah Laut
Gempa
tektonik merupakan salah satu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng
bumi. Jika gempa semacam ini terjadi di bawah laut, air diatas wilayah lempeng
yang bergerak tersebut berpindah dari posisi ekuilibriumnya. Gelombang muncul
ketika air ini bergerak oleh pengaruh gravitasi kembali ke posisi
ekuilibriumnya. Apabila wilayah yang luas pada dasar laut bergerak naik maupun
turun, tsunami dapat terjadi .
Berikut
ini adalah beberapa persyaratan terjadinya tsunami yang diakibatkan oleh gempa
bumi :
·
Gempa bumi yang berpusat di tengah laut
dan dangkal (0-30km)
·
Gempa bumi dengan kekuatan
sekurang-kurangnya 6,5 skala richter
·
Gempa bumi dengan pola sesar naik atau
sesar turun
c. Aktivitas Vulkanik
Pergeseran
lempeng di dasar laut, selain daoat mengakibatkan gempa juga sering kali
menyebabkan peningkatan aktivitas vulkanik pada gunung berapi. Kedua hal ini
dapat menggoncangkan air laut di atas lempeng tersebut. Demikian pula,
meletusnya gunung berapi yang terletak di dasar samudera juga dapat menaikkan
air dan membangkitkan gelombang tsunami.
d. Tumbukan Benda Luar Angkasa
Tumbukan
dari benda luar angkasa seperti meteor merupakan gangguan terhadap air laut
yang datang dari arah permukaan. Tsunami yang timbul karena sebab ini umumnya
terjadi sangat cepat dan jarang mempengaruhi wilayah pesisir yang jatuh dari
sumber gelombang. Sekalipun begitu, apabila pergerakan lempeng dan tabrakan
benda luar angkasa luar cukup dahsyat, kedua peristiwa ini dapat menciptakan
megatsunami.
C. KARAKTERISTIK TSUNAMI
Perilaku
gelombang tsunami sangat berbeda dari ombak laut biasa. Gelombang tsunami
bergerak dengan kecepatan tinggi dan dapat merambat lintas-samudra dengan
sedikit energi berkurang. Tsunami dapat menerjang wilayah yang berjarak ribuan
kilometer dari sumbernya, sehingga mungin ada selisish waktu beberapa jam
natara terciptanya gelombang ini dengan bencana yang ditimbulaknnya di pantai.
Waktu perambatan gelombang tsunami cukup bervariasi, mulai dari 2 menit hingga
lebih dari 1 jam. Panjang gelombangnyasangat besar, antara 100-200 km. bendingkan
dengan ombak laut biasa di pantai selancar (surfing) yang mungkin hanya
memiliki pperiode 10 detik dan panjang gelombang 150 meter. Karena itulah pada
saat masih di tengah laut, gelombang tsunami hampir tidak nampak dan hanya
terasa seperti ayunan air saja. Berikut ini merupakan perbandingan gelombang
tsunami dan ombak laut biasa.
Tabel
1. Perbandingan gelombang Tsunami dengan Ombak Laut Biasa
(Sumber:
disaster.elvini.net/tsunami.egi)
Kecepatan
Tsunami bergantung kepada kedalaman air. Di laut dalam dan terbuka,
kecepatannya mencapai 800-1000 km/jam. Ketinggian tsunami di lautan dalam hanya
mencapai ratusan kilometer, sehingga keberadaan mereka di laut dalam susah
dibedakan dengan gelombang biasa, bahkan tidak dirasakan oleh kapal-kapal yang
sedang berlabuh di tengah samudera. Berbeda dengan gelombang krena angin,
dimana hanya bagian permukaan atas yang bergerak; gelombang tsunami mengalami
pergerakan di seluruh bagian partikel air, mulai dari permukaan sampai bagian
dalam samudra. Ketika tsunami memasuki perairan yang lebih dangkal, ketinggian
gelombangnnya meningkat dan kecepatannya menurun drastis, mesi demikian
energinya maih sangat kuat untuk menghanyutkan segala benda yang dialuluinya.
Arus tsunami dengan ketinggian 70 cm masih cukup kuat untuk menyeret dan
menghanyutkan orang. Apabila lempeng samudera pada dasar bergerak naik
(raising), tejadi air pasang di wilayah pantai hingga wilayah tersebut akan
mengalami banjir sebelum kemudian gelombang air yang lebih tinggi datang
menerjang. Dan apabila lempeng samudera bergeraknaik, wilayah pantai akan
mengalami banjir air pasang sebelum datangnya tsunami.
Apabila
lempeng samudera pada sesar bergerak turun (sinking), kurang lebih pada separuh
waktu sebelum gelombang tsunami sampai di pantai, air laut di pantai tersebut
surut. Pada pantai yang landai, surutnya air bisa mnecapai lebih dari 800 meter
menjauhi pantai. Masyarakat yang tidak sadar akan datangnya bahaya mungkin akan
tetap tinggal di pantai kaena ingin tau apa yang sedang terjadi. Atau bagi para
nelayan mereka justru memanfaatkan momen saat air laut surut tersebut untuk
mengumpulkan ikan-ikan yang banyak bertebaran. Apabila lempeng samudera
bergerak turun, di wilayah pantai air laut akan surut sebelum datangnya
tsunami.
Pada
suatu gelombang apabila rasio antara kedalaman air dan panjang gelombang
menjadi sangat kecil, gelombang tersebut dinamakan gelobang air-dangkal. Karena
gelombangtsunami memiliki panjang gelombang yang sangat besar, gelombang
tsunami berperan sebagai gelombang air-dangkal, bahkan di smudera yang dalam.
Gelombang air dangkal bergerak dengan kecepatan yang setara denganakar kuadrat
hasil perkalian antara gravitasi (9,8 m/) dan kedalaman air laut.
v=
Dimana,
v= velocity (kecepatan)
g= gravitation (9,8 m/)
d= depth (kedalaman)
sebagai contoh, di samudra Pasifik,
dimana air rata-rata adalah 4000m, gelombang tsunami merambat dengan kecepatan
± 200 m/s (kira-kira 712 km/jam) dengan hanya sedikit energi yang hilang,
bahkan untuk jarak yang jauh. Sementara padakedalaman 40 meter, kecepatannya
kecepatannya mencapai ± 20 m/s (sekitar 71 km/jam) lebih lambat namun tetap
sulit dilampaui.
Energi
dari gelombang tsunami merupakan fungsi perkalian antara tinggi gelombang dan
kecepatannya. Nilai energi ini selalu konstan, yang berarti tinggi gelombang
berbanding terbalik dengan kecepatan merambat gelombang. Oleh sebab itu, ketika
gelombang mecapai daratan, tingginya meningkat sementara kecepatannya menurun.
Saat memasuki wilayah dangkal,
keceatan gelombang tsunami menurun sedangkan tingginya meningkat, menciptakan
gelombang yang sangat merusak. Berikut ini merupakan hubungan antara kedalaman,
kecepatan dan panjang gelombang tsunami:
Selagi
orang-orang yang berada di tengah laut bahkan tidak menyadari adanya tsunami,
gelombangtsunami dapat mencapai ketinggian hingga 30 meter atau lebih ketika
mencapai wilayah pantai dan daerah pantai. Tsunami dapat menimbulkan kerusakan
yang sangat parah di wilayah yang jauh dari sumber pembangkutan gelombang,
meskipun peristiwa pembangkitan gelombang itu sendiri tidak dapatdirasakan
tanpa alat bantu.
Tsunami
bergerak maju ke satu arah dari sumbernya, sehingga wilayah yang berada di
daerah : bayangan” relatif dalam kondisi aman. Namun demikian, gelombang
tsunami dapat saja berbelok di sekitar dartan. Gelombang ini jyga bisa saja
tidak simetris. Gelombang ke satu arah mungkin lebih kuat dibanding gelombang
ke arah lainnya, tergantung dari peristiwa alam yang memicunya dan kondisi
geografis wilayah sekitarnya.
Tsunami
bisa merambat ke segala arah dari sumber aslnya dan bisa melanda wilayah yang
cukup luas, bahkan di daerah belokan, terlindung atau daerah yang cukup jauh
dari sumber asal tsunami. Ada yang disebut tsunami setempat (local tsunami),
yaitu tsunami yang hanya terjadi dan melanda disuatu kawasan yang terbatas. Hal
ini terjadi karena lokasi awal tsumani terletak di suatu tempat yang sempit atau tertutup, seperti selat atau
danau. Misalnya tsunami yang terjadi pada 16 Agustus 1976, di teluk Moro
Philipina lebih dari 5.000 orang di Philipina.
Ada
juga disebut tsnami jauh (distant tsunami), hal ini karena tsunami bisa melanda
wilayah yangsangat luas dan jauh dari sumber asalnya. Seperti yang pernah
terjadi di Chili pada22 Mei 1960 akibat dipicu gempa dengan kekuatan lebih dari
8.0R. tsunami dengan ketinggian lebih dari 10 meter ini menyebabkan korban jiwa
dan keruskan parah di Chili, Jepang, Hawai, dan Philipina.Gelombang tsunami ini
menewaskan 1000 orang du Chili dan 61 orang di hawai. Gelombang tsunami ini
mencapai Okinawa dan pantai timur Jepang setelah menempuh perjalanan selama 22
jam dan menewaskan 150 orang di Jepang.
D. KERUSAKAN AKIBAT TSUNAMI
Energi
tsunami bisa mencapai 10% dari energi gempa pemicunya. Bisa dibayangkan, gempa
dengan kekuatan mencapai 9.0R akan menghasilkan energi yang setaradengan lebih
dari 100.000 kali kekuatan bom atau Hiroshima, Jepang. Bentuk pantai, bentuk
dasar laut wilayah pantai, sudut kedatangan gelombang, dan bentuk depan
gelombang tsunami yang datang ke pantai akan sangat berpengaruh terhdap
kerusakan yang ditimbulkan. Karena beberapa alasan ini,sebagian pantai akan
dilanda tsunami dengan tingkat keruskana danketinggian arus yang berbeda
dibanding pantai yang lain, meski letaknya tidak terlalu berjauhan. Daerha
teluk akan menderitatsunami lebih parah akibat konsentrasi energi tsunami.
Korban
meninggal akibat tsunami terjadi biasanya karena tenggelam, terseret arus,
terkubur pasir, terhantam serpihan atau puing, dan lain-lain. Krusakan lain
akan meliputi kerusakan rumah tinggal, bangunan pantai, prasarana lalu lintas
(jalan kereta, jalan raya, dan pelabuhan),suplai air, listrik dan telpon.
Gelombang tsunami juga akan merusak sektor perikanan, perikanan, kehutanan,
industri minyak berupa pencemaran dan kebakaran.
E. PENANGGULANGAN TSUNAMI
Bencana adalah suatu kecelakaan sebagai hasil dari factor
buatan manusia atau alami (atau suatu kombinasi kedua-duanya) yang mempunyai
dampak negatif pada kondisi kehidupan manusia dan flora/fauna. Bencana alam
meliputi banjir, musim kering berkepanjangan, gempa bumi, gelombang tsunami,
angin puyuh, angin topan, tanah longsor, letusan gunung berapi (vulkanis) dan
lain-lain. Bencana buatan manusia dapat meliputi radiasi akibat kecelakaan
bahan kimia, minyak tumpah, kebakaran hutan dan lain lain.
Untuk menangani masalah bencana maka dikenal dengan
penanggulangan bencana, yaitu suatu siklus kegiatan yang saling berkaitan,
mulai dari kegiatan pencegahan, kegiatan mitigasi, kegiatan kesiapsiagan,
kegiatan tanggap darurat, kegiatan pemulihan yang meliputi restorasi, rehabilitasi
dan rekonstruksi, serta kegiatan pembangunan. Semua kegiatan, mulai dari
tanggap darurat sampai pengumpulan data dan informasi serta pembangunan,
merupakan rangkaian dalam
Menghadapi kemungkinan bencana. Tahap-tahap ini dapat saling
berkaitan dan merupakan lingkaran atau siklus manajemen bencana. Mitigasi
bencana merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penanggulangan bencana,
karena kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk mengantisipasi agar dampak
yang ditimbulkan dapat dikurangi. Mitigasi bencana alam dilakukan secara
struktural dan non struktural. Secara struktural yaitu dengan melakukan upaya
teknis, baik secara alami maupun buatan mengenai sarana dan prasarana mitigasi.
Secara non struktural adalah upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya
mitigasi struktural maupun upaya lainnya.
Untuk mengatasi masalah bencana
perlu dilakukan upaya mitigasi yang komprehensif yaitu kombinasi upaya struktur
(pembuatan prasarana dan sarana pengendali) dan nonstruktur yang pelaksanaannya
harus melibatkan instansi terkait. Seberapa besarpun upaya tersebut tidak akan
dapat membebaskan dari masalah bencana alam secara mutlak. Oleh karena itu kunci
keberhasilan sebenarnya adalah keharmonisan antara manusia/masyarakat dengan
alam lingkungannya. Bagian paling kritis dari pelaksanaan mitigasi adalah pemahaman
penuh sifat bencana. Tipe-tipe bahaya bencana pada setiap daerah berbeda-beda,
ada suatu daerah yang rentan terhadap banjir, ada yang rentan terhadap gempa
bumi, ada pula daerah yang rentan terhadap longsor dan lain-lain. Pemahaman
bahaya-bahaya mencakup memahami tentang:
- Bagaimana
bahaya-bahaya itu muncul,
- Kemungkinan
terjadi dan besarannya,
- Mekanisme
fisik kerusakan,
- Elemen-elemen
dan aktivitas-aktivitas yang paling rentan terhadap pengaruh-pengaruhnya,
- Konsekuensi-konsekuensi
kerusakan.
Informasi Geospasial sebagai faktor
kunci dalam melakukan pertukaran informasi secara global, merupakan suatu
sarana penting bagi berlangsungnya suatu tatanan masyarakat berwawasan iptek
dengan kekayaan sumberdaya alam yang sangat besar. Data dan informasi
geospasial tentang kebencanaan, dan kedaruratan yang dibutuhkan, dapat
diperoleh melalui sistem koordinasi yang terpadu, cepat, dan akurat.
Data dan
informasi yang dibutuhkan meliputi :
- Titik-titik
lokasi dimana bencana terjadi,
- Seberapa
besar potensi bencana terjadi: luas area, besar bencana, periode
berlangsungnya, lamanya, dll,
- Seberapa
besar potensi korban jiwa yang bisa terjadi,
- Berapa
jumlah kerugian: fisik, materi, dll.
Data dan informasi di atas akan
digunakan dalam menentukan kebijakan: pencegahan, penanggulangan, penanganan,
evaluasi, serta rehabilitasi. Tanggap darurat (emergency response) merupakan suatu bentuk
kegiatan awal setelah terjadinya bencana
alam. Bentuk kegiatan tanggap darurat antara lain : peningkatan efektivitas
pengorganisasian, koordinasi, dan kodal; percepatan pengefektifan evakuasi
jenazah; percepatan relokasi pengungsi; perawatan bagi yang terluka dan sakit; pengelolaan bantuan
negara sahabat dan bantuan dalam negeri;kesinambungan pasokan logistik;
pengelolaan transportasi darat, laut, dan udara; dan intensifikasi kegiatan
komunikasi public (public relation).
F. UPAYA MITIGASI DAN PENGURANGAN
BENCANA
Mitigasi
bencana merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penanggulangan bencana,
karena kegiatan ini dilakukan dengan maksut untuk mengantisipasi agar dampak
yang ditimbulkan dapat dikurangi. Mitigasi bencana alam dilakukan secara
structural dan non structural. Secara structural yaitu dengan melakukan upaya
teknis, baik secara alami maupun buatan mengenai sarana dan prasarana mitigasi.
Secara non structural adalah upaya nonteknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya
mitigasi structural maupun upaya lainnya.
Upaya
Mitigasi
1.
Peningkatan kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami.
2.
Pendidikan kepada masyarakat tentang
bahaya tsunami.
3.
Pembangunan Tsunami Early Warning System (TEWS).
4.
Pembangunan tembok penahan Tsunami pada
garis pantai yang berisiko.
5.
Penanaman mangrove serta tanaman lainnya
sepanjang garis pantai meredam gaya air tsunami.
6.
Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang
aman di sekitar daerah pemukiman. Tempat/bangunan ini harus cukup tinggi dan
mudah diakses untuk menghindari ketinggian Tsunami.
7.
Peningkatan pengetahuan masyarakat lokal
tentang pengenalan tanda-tanda tsunami dan cara-cara penyelamatan diri terhadap
bahaya tsunami.
8.
Pembangunan rumah yang tahan terhadap
bahaya tsunami.
G. ANTISIPASI BENCANA
TSUNAMI
Antisipasi Tsunami berguna untuk mengurangi dan
menghindari ancaman bencana Tsunami.
Usaha-usaha yang
dilakukan antara lain:
1. Membangun system
peringatan dini (early warning sistem).
Peringatan Tsunami diinformasikan sebelum
kejadian supaya masyarakat segera melakukan evakuasi. Tetapi apabila informasi
tersebut datang setelah kejadian maka disebut dengan peringatan darurat
(emergency) yang bertujuan untuk penyelamatan.
Peringatan dini Tsunami diperlukan untuk
meningkatkan kewaspadaan dan melakukan evakuasi sebelum Tsunami datang,
karena selang waktu antara gempa bumi dan Tsunami sangat singkat maka kecepatan
informasi peringatan dini sangat penting. Berdasarkan selang waktu tersebut
dapa di bedakan jenis-jenis peringatan-peringatan dini yang diperlukan.
Tanda-tanda sebelum terjadi Tsunami adalah getran yang kuat dan sering diikuti
oleh pasang naik dan pasang surut air laut. Tnada-tanda ini dapat ditangkap
oleh system peralatan yang dilengkapi dengan alaram. Peralatan tersebut antara
lain adalah sebaga berikut:
a.
Accelerograph
Dipasang
untuk getaran kuat saja. Accelerograph dilengkapi dengan alaram dan system
komunikasi untuk menyebarkan berita, control operasional dan perawatan jarak
ajuh, Accelerograph disebut juga strong motion seismograph.
b.
Tide Gauge
Tide Gauge adalah perangakt unutk mengukur perubahn muka laut. Informasi yang
diperlukan untuk peringatan dini adalah pasang naik dan pasang surut seketika
sebelum terjadinya tsunami. Peringatan pertama untuk kewaspadaan dari
accelerogfraph apabila mencatat getaran-getraan kuat dan peringatan kedua
dating dari tide gauge setelah mencatat perubahn mendadak muka laut.
Dua peringatan tersebut
kemudian disampaikan kepada:
·
Masyarakat setempat berupa alarm
·
Aparat setempatyang bertugas untuk koordinasi evakuasi
·
BMG pusat untuk system monitoring dan informasi darurat agar
disebarkan ke lokasi lain.
Mengingat pentingnya
informasi peringatan dini Tsunami maka diperlukan system komunikasi yang
terdiri atas :
·
Komunikasi dari stasiun ke aparat setempat
·
Komunikasi dari stasiun BMG setempat
·
Komunikasi dari BMG pusat ke jaringan peringatan lainnya.
Sistem Peringatan Dini
Tsunami di Indonesia
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan
negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami
Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini
berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini
memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang
berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang
disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat
peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan
Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini
melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah,
lembaga internasional, lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia
adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK). Sedangkan instansi yang
ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN
TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini
didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5
menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen:
Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko, Peramalan, Peringatan, dan
Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut), Integrasi dan
Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
a.
Cara Kerja
Sebuah Sistem Peringatan
Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan
banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di
Masyarakat.
Apabila terjadi suatu
Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa).
Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit
ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan
melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk
memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami.
Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat
terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI.
Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem
peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan
konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini
juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui
beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media).
Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada
masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna
ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa
tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET
(Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System)
dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak
kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih yang
digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem
Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang
tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO
FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga
dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang
mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ?
jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada
listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya
kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup
memadai.
2. Relokasi penduduk yang
terancam bencana Tsunami (population of park).
Relokasi penduduk yang terancam bencana Tsunami
sangat penting dilakukan karena berguna untuk mengurangi korban jiwa. Relokasi
ini dapat berupa pemindahan penduduk yang berada pada daerah rawan bencana ke
tempat yang dianggap bebas dari dampak bencana. Namun kesulitan yang biasa
dihadapi adalah persetujuan dari masyarakat, yang biasanya menolak untuk
direlokasi. Misalnya pada masyarakat di kepulauan Mentawai yang berdomisili di
dekat pantai yang menolak untuk di relokasi, sehingga timbullah banyak korban
pada bencana Tsunami Mentawai beberapa waktu lalu.
3. Membuat jalur evakuasi
dan persedian lahan (evacuation of route and emergency shelter).
Mengapa hal ini sangat penting? Karena pembuatan
jalur evakuasi akan mempermudah penyelamatan atau evakuasi baik diri sendiri
maupun orang lain menuju ke tempat yang aman dari dampak bencana.
Penyediaan lahan pun juga sangat berguna untuk
menampung dan menjadi tempat berlindung. Selain itu apabila telah disediakan
lahan pengungsian warga pun tak akan susah-susah untuk mencari tempat
berlindung. Selain itu pada areal pengungsian biasanya telah dibangun
fasilitas-fasilitas umum seperti dapur umum, MCK, dan fasilitas kesehatan yang
akan sangat membantu bagi para pengungsi.
Di Kota Padang misalnya, telah direncanakan
Pembangunan bukit artifisial untuk kepentingan evakuasi warga saat bencana
tsunami yang diprediksi menghantam Kota Padang yang akan dimulai tahun 2011
ini. Sebelumnya studi kelayakan mengenai pembangunan bukit buatan itu telah
dimulai sejak Maret 2009 oleh GeoHazards International dalam proyek bernama
Project on Vertical Evacuation yang dipimpin oleh Veronica Cedillos.
Bukit-bukit buatan yang secara teknis dinamakan Tsunami Evacuation Raised Earth
Park (TEREP) itu berupa lokasi berupa tempat umum yang lapang dan mudah
dijangkau, untuk kemudian dijadikan bukit artifisial dengan ketinggian antara
lima hingga sepuluh meter dengan timbunan material tanah yang digali dari
lokasi lain.Hingga saat ini telah ada sepuluh calon lokasi untuk pembangunan
bukit buatan tersebut.
4. Membentuk tim penanganan
bencana Tsunami (disaster management and disaster assessment).
Pembentukan tim ini
bertujuan untuk meneliti tentang bencana Tsunami, sehingga dapat ditemukan
solusi untuk mengurangi dampak buruk dari bencana Tsunami.
Selain itu tim
penanggulangan ini juga akan memberikan informasi tentang peringatan terjadinya
bencana Tsunami. Puasat Tsunami Internasional (International Tsunami warning
Center) didirikan di Hawai untuk memantau terjadinya gempa bumi disekitar
Samudra pasifik dan memberikan informasi kemungkinan Tsunami akan terjadi.
5. Melakukan simulasi,
sosialisasi dan memasukkan pembahasan dan penanggulangan Tsunami dalam
kurikulum pendidikan.
Simulasi bertujuan untuk
mengajarkan langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana Tsunami.
Sosialisasi bertujuan
untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang bencana Tsunami dan cara
untuk menanggulanginya beserta langkah-langkah yang harus dilakukan saat
bencana terjadi.
Memasukkan pembahasan
mengenai Tsunami dalam kurikulum pendidikan berfungsi untuk memberikan
pengetahuan akan bencana Tsunami, Sosialisasi tentang bencana Tsunami serta
memperkenalkan cara antisipasi dan langkah-langkah yang harus dilakukan saat
bencana Tsunami sejak dini.
6. Membentuk dan menerapkan
Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk antisipasi bencana.
Hal ini penting dilakukan untuk mengurangi dampak buruk bencana Tsunami.
a.
Langkah-langkah yang dilakukan saat terjadi bencana Tsunami
Langkah-langkah yang harus dilakukan saat bencana Tsunami terjadi adalah
sebagai berikut:
1)
Jika dirasakan bumi bergetar di pinggir laut maka segera berlari
sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi atau menuju temat evakuasi yang
sudah diatur (apabila situasi memungkinkan).
2)
Jangan Panik.
3)
Jika situasi tidak memungkinkan ke tempat evakuasi, mak carilah
bangunan bertingkat bertulang baja utnuk menuju lantai paling atas.
4)
Jika anda sedang berada di atas kapal di tengah laut, segera pacu
kapal anda kearah laut yang lebih dalam.
5)
Jika anda berada di pantai atau di dekat pantai, segera panjat
bangunan atau pohon yang tinggi, yang paling dekat dari tempat anda berada.
Ingat waktu kita untuk berlari dari kejaran gelombang tsunami itu hanya kurang
dari 20 menit.
6)
Segera selamatkan diri anda apabila anda menemui gejala-gejala
berikut ini:
·
Air laut yang surut secara tiba-tiba.
·
Terciumnya bau garam yang menyengat secara tiba-tiba.
·
Munculnya buih-buih air sangat banyak di pantai secara tiba-tiba.
·
Terdengar suara ledakan keras seperti suara pesawat jet atau
pesawat supersonik atau suara ledakan bom runtuh.
b.
Setelah Terjadi
Tsunami
1)
Berusahalah untuk tetap tenang.
2)
Cek diri kita dan keluarga, apabila ada yang terluka segera
lakukan pertolongan pertama atau bawa ke posko pengungsian terdekat, karena
biasanya tersedia fasilitas kesehatan.
3)
Apabila ikut melakukan pencarian korban, utamakan korban yang
masih hidup.
4)
Usahakan mengenakan pakaian dan sarung tangan saat melakukan
pencarian agar terhindar dari benda tajam.
5)
Mintalah informasi pada instalasi berwenang seperti BMG, jangan
percaya kabar-kabar yang tidak jelas asal usulnya.
DAFTAR RUJUKAN
BNPB
(2010). Buku Panduan Pengenalan
Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia
Leaflet
Set BAKORNAS PBP (2010)
Departemen
Energi dan Sumberdaya Mineral,RI (2009).
Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di
Indonesia.
Set
BAKORNAS PBP dan Gempa bumi dan Tsunami, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (2010). Buku Panduan Pengenalan
Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia .